Allah Ta’ala berfirman:
وأنزلنا إليك الكتاب بالحق مصدقا لما بين يديه من الكتاب ومهيمنا عليه
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.” (QS. Al-Maidah: 48)
Ibnu Abbas radhiallahu anhuma berkata, “Batu ujian adalah yang
terpercaya, Al-Qur`an adalah terpercaya di atas seluruh kitab
sebelumnya.”
Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ
الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ
وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ
وَآنَاءَ النَّهَارِ
“Tidak boleh ada hasad (kecemburuan) kecuali pada dua hal. (Pertama)
kepada seorang yang telah diberi Allah (hafalan) Al Qur`an, sehingga ia
membacanya siang dan malam. (Kedua) kepada seorang yang dikaruniakan
Allah harta kekayaan, lalu dibelanjakannya harta itu siang dan malam (di
jalan Allah).” (HR. Al-Bukhari no. 4638 dan Muslim no. 1350)
Dari Utsman radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari no. 4639)
Dari ‘Aisyah radhiallahu anha dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ
وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ
شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
“Orang yang mahir membaca Al Qur`an, maka kedudukannya di akhirat
ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca Al Qur`an
dengan tertatah-tatah, ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat dua
pahala.” (HR. Muslim no. 1329)
Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا
طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ وَالَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ
كَالتَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلَا رِيحَ لَهَا وَمَثَلُ الْفَاجِرِ
الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ
وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ
كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ وَلَا رِيحَ لَهَا
“Perumpamaan orang yang membaca Al Qur`an adalah seperti buah
Utrujjah, rasanya lezat dan baunya juga sedap. Sedang orang yang tidak
membaca Al Qur`an adalah seperti buah kurma, rasanya manis, namun baunya
tidak ada. Adapun orang Fajir yang membaca Al Qur`an adalah seperti
buah Raihanah, baunya harum, namun rasanya pahit. Dan perumpamaan orang
Fajir yang tidak membaca Al Qur`an adalah seperti buah Hanzhalah,
rasanya pahit dan baunya juga tidak sedap.” (HR. Al-Bukhari no. 4632 dan Muslim no. 1328)
Para malaikat juga ada yang mempunyai tugas khusus turun untuk
mendengarkan bacaan orang yang membaca Al-Qur`an. Abu Said Al Khudri
radhiallahu anhu bercerita:
أَنَّ أُسَيْدَ بْنَ حُضَيْرٍ بَيْنَمَا هُوَ لَيْلَةً يَقْرَأُ
فِي مِرْبَدِهِ إِذْ جَالَتْ فَرَسُهُ فَقَرَأَ ثُمَّ جَالَتْ أُخْرَى
فَقَرَأَ ثُمَّ جَالَتْ أَيْضًا قَالَ أُسَيْدٌ فَخَشِيتُ أَنْ تَطَأَ
يَحْيَى فَقُمْتُ إِلَيْهَا فَإِذَا مِثْلُ الظُّلَّةِ فَوْقَ رَأْسِي
فِيهَا أَمْثَالُ السُّرُجِ عَرَجَتْ فِي الْجَوِّ حَتَّى مَا أَرَاهَا
قَالَ فَغَدَوْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ بَيْنَمَا أَنَا الْبَارِحَةَ مِنْ جَوْفِ
اللَّيْلِ أَقْرَأُ فِي مِرْبَدِي إِذْ جَالَتْ فَرَسِي فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ ابْنَ حُضَيْرٍ قَالَ
فَقَرَأْتُ ثُمَّ جَالَتْ أَيْضًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ ابْنَ حُضَيْرٍ قَالَ فَقَرَأْتُ ثُمَّ جَالَتْ
أَيْضًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
اقْرَأْ ابْنَ حُضَيْرٍ قَالَ فَانْصَرَفْتُ وَكَانَ يَحْيَى قَرِيبًا
مِنْهَا خَشِيتُ أَنْ تَطَأَهُ فَرَأَيْتُ مِثْلَ الظُّلَّةِ فِيهَا
أَمْثَالُ السُّرُجِ عَرَجَتْ فِي الْجَوِّ حَتَّى مَا أَرَاهَا فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِلْكَ الْمَلَائِكَةُ
كَانَتْ تَسْتَمِعُ لَكَ وَلَوْ قَرَأْتَ لَأَصْبَحَتْ يَرَاهَا النَّاسُ
مَا تَسْتَتِرُ مِنْهُمْ
“Pada suatu malam, Usaid bin Hudlair membaca (surat Al Kahfi) di
tempat penambatan kudanya. Tiba-tiba kudanya meloncat, ia membaca lagi,
dan kuda itupun meloncat lagi. Kemudian ia membaca lagi, dan kuda itu
meloncat kembali. Usaid berkata, “Saya khawatir kuda itu akan menginjak
Yahya, maka aku pun berdiri ke arahnya. Ternyata (aku melihat)
sepertinya ada Zhullah (sesuatu yang menaungi) di atas kepalaku, di
dalamnya terdapat cahaya yang menjulang ke angkasa hingga aku tidak lagi
melihatnya. Maka pada pagi harinya, aku menemui Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, semalam saya membaca
(Al Qur`an) di tempat penambatan kudaku namun tiba-tiba kudaku
meloncat.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Bacalah wahai Ibnu Hudlair.” Kemudian aku pun membacanya lagi, dan kuda
itu juga meloncat kembali. Beliau bersabda: “Bacalah wahai Ibnu
Hudlair.” Kemudian aku pun membacanya lagi, dan kuda itu juga meloncat
kembali. Beliau bersabda lagi, “Bacalah wahai Ibnu Hudlair.” Ibnu
Hudlair berkata; Maka sesudah itu, akhirnya saya beranjak. Saat itu
Yahya dekat dengan kuda, maka saya khawatir kuda itu akan menginjaknya.
Kemudian saya melihat sesuatu seperti Zhullah (sesuatu yang menaungi)
yang di dalamnya terdapat cahaya yang naik ke atas angkasa hingga saya
tidak lagi melihatnya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun
bersabda: “Itu adalah Malaikat yang sedang menyimak bacaanmu, sekiranya
kamu terus membaca, niscaya pada pagi harinya manusia akan melihatnya
dan Malaikat itu tidak bisa menutup diri dari pandangan mereka.” (HR. Muslim no. 1327)
Disunnahkan untuk mendengarkan bacaan Al-Qur`an, meminta orang yang
hafal untuk membacanya, menangis ketika membaca dan mendengarnya, serta
mentadabburi kandungannya. Semua ini dipetik dari hadits Abdullah bin
Mas’ud radhiallahu anhu bahwa dia berkata:
قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ
عَلَيَّ قُلْتُ آقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ قَالَ فَإِنِّي
أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ سُورَةَ
النِّسَاءِ حَتَّى بَلَغْتُ: { فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ
بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا }.قَالَ أَمْسِكْ
فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku: “Bacakanlah Al
Qur’an kepadaku! Aku berkata; Bagaimana aku membacakan kepadamu,
padahal Al Qur’an diturunkan kepadamu? Beliau menjawab: “Sesungguhnya
aku suka mendengarkannya dari orang lain.” Lalu aku membacakan kepada
beliau surat An Nisa` hingga tatkala sampai ayat, “Maka bagaimanakah
(halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi
(rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad)
sebagai saksi atas mereka itu.” (QS. An Nisa`: 41).” Beliau berkata,
‘Cukup.’ Dan ternyata beliau mencucurkan air mata (menangis).” (HR. Al-Bukhari no. 4216 dan Muslim no. 1332)
Ini adalah keutamaan umum untuk semua ayat dalam Al-Qur`an. Hanya
saja ada dalil-dalil khusus yang menyebutkan keutamaan sebagian surah
dalam Al-Qur`an, di antaranya:
a. Keutamaan Al-Fatihah.
Dari Abu Sa’id bin Al Mu’alla radhiallahu anhu dia berkata:
كُنْتُ أُصَلِّي فِي الْمَسْجِدِ فَدَعَانِي رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ أُجِبْهُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ إِنِّي كُنْتُ أُصَلِّي فَقَالَ أَلَمْ يَقُلْ اللَّهُ: {
اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ }.
ثُمَّ قَالَ لِي لَأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِيَ أَعْظَمُ السُّوَرِ فِي
الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ الْمَسْجِدِ ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِي
فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ قُلْتُ لَهُ أَلَمْ تَقُلْ
لَأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِيَ أَعْظَمُ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَالَ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي
وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ
“Suatu saat saya sedang melaksanakan shalat di masjid, tiba-tiba
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggilku namun saya tidak
menjawab panggilannya hingga shalatku selesai. Setelah itu, saya menemui
beliau dan berkata; “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
sesungguhnya pada waktu itu saya sedang shalat.” Beliau bersabda:
“Bukankah Allah ‘azza wajalla telah berfirman; ‘Hai orang-orang yang
beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru
kamu.’” Beliau bersabda lagi: “Sungguh, saya akan mengajarimu tentang
surat yang paling agung yang terdapat di dalam Al Qur`an sebelum kamu
keluar dari Masjid.” Kemudian beliau memegang tanganku, dan saat beliau
hendak keluar Masjid, saya pun berkata; “Bukankah engkau berjanji; ‘Saya
akan mengajarimu surat yang paling agung yang terdapat di dalam Al
Qur`an.’ Beliau menjawab; (Yaitu surat) AL HAMDU LILLAHI RABBIL
‘AALAMIIN (Segala puji bagi Allah, Rabb semesta Alam), ia adalah As
Sab’u Al Matsani, dan Al Qur`an Al Azhim yang telah diwahyukan
kepadaku.” (HR. Al-Bukhari no. 4114)
b. Keutamaan Al-Baqarah dan Ali Imran.
Abu Umamah Al Bahili radhiallahu anhu berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ
آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا
غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ
مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا اقْرَءُوا سُورَةَ
الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلَا
تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ
“Bacalah Al Qur`an, karena ia akan datang memberi syafa’at kepada
para pembacanya pada hari kiamat nanti. Bacalah Zahrawain, yakni surat
Al Baqarah dan Ali Imran, karena keduanya akan datang pada hari kiamat
nanti, seperti dua tumpuk awan menaungi pembacanya, atau seperti dua
kelompok burung yang sedang terbang dalam formasi hendak membela
pembacanya. Bacalah Al Baqarah, karena dengan membacanya akan memperoleh
barokah, dan dengan tidak membacanya akan menyebabkan penyesalan, dan
para penyihir tidak mampu membacanya.” (HR. Muslim no. 1337)
c. Keutamaan Ayat Kursi
Dari Ubay bin Ka’ab radhiallahu anhu dia berkata:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِي أَيُّ
آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ قَالَ قُلْتُ اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ
مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ قَالَ قُلْتُ: { اللَّهُ لَا إِلَهَ
إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ }. قَالَ فَضَرَبَ فِي صَدْرِي وَقَالَ
وَاللَّهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hai Abu
Al-Mundzir! tahukah kamu, ayat manakah di antara ayat-ayat Al Qur`an
yang ada padamu yang paling utama?” Abu Mundzir berkata; saya menjawab,
“Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau bertanya lagi: “Hai
Abu Mundzir, tahukah kamu, ayat manakah di antara ayat-ayat Al Qur`an
yang ada padamu yang paling utama?” Abu Mundzir berkata; Saya menjawab,
“ALLAHU LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUUM.” Abu Mundzir berkata;
lalu beliau menepuk dadaku seraya bersabda: “Demi Allah, semoga dadamu
dipenuhi dengan ilmu, wahai Abu Al-Mundzir.” (HR. Muslim no. 1343)
d. Keutamaan 2 Ayat Terakhir Al-Baqarah.
Dari Abu Mas’ud Al Anshari radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ هَاتَيْنِ الْآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
“Barangsiapa yang membaca dua ayat ini, yakni dari akhir surat Al Baqarah di malam hari, maka keduanya sudah mencukupinya.” (HR. Al-Bukhari no. 3707 dan Muslim no. 1341)
e. Keutamaan 10 Ayat Pertama Al-Kahfi
Dari Abu Ad-Darda` radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْف عُصِمَ مِنْ الدَّجَّالِ
“Siapa yang menghafal sepuluh ayat dari awal surat Al Kahfi, maka ia akan terpelihara dari (fitnah) Dajjal.” (HR. Muslim no. 1342)
f. Keutamaan Al-Ikhlash
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa seorang laki-laki mendengar seseorang
yang membaca surat: “QUL HUWALLAHU AHAD.” dan orang itu selalu
mengulang-ngulangnya. Di pagi harinya, maka laki-laki itu pun segera
menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengadukan mengenai
seseorang yang ia dengar semalam membaca surat yang sepertinya ia
menganggap sangat sedikit. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pun bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surat itu benar-benar menyamai sepertiga Al Qur`an.” (HR. Al-Bukhari no. 4627)
g. Keutamaan Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas.
Dari Aisyah radhiallahu anhu dia berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا
أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ
فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَ قُلْ أَعُوذُ
بِرَبِّ الْفَلَقِ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ثُمَّ يَمْسَحُ
بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ
وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa bila hendak beranjak ke
tempat tidurnya pada setiap malam, beliau menyatukan kedua telapak
tangannya, lalu meniupnya dan membacakan: “QULHUWALLAHU AHAD..” dan,
“QUL `A’UUDZU BIRABBIL FALAQ…” serta, “QUL `A’UUDZU BIRABBIN NAAS..”
Setelah itu, beliau mengusapkan dengan kedua tangannya pada anggota
tubuhnya yang terjangkau olehnya. Beliau memulainya dari kepala, wajah
dan pada anggota yang dapat dijangkaunya. Hal itu, beliau ulangi
sebanyak tiga kali.” (HR. Al-Bukhari no. 4630)
Keutamaan Al-Qur`an
Diposting oleh
Irwandi
Senin, 06 Februari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kategori
-
Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa dia berada...
-
أَنَّ رسَوُلْ َاللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَامَ فِي صَلاَتِهِ وَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى الْأَرْضِ كَمَا ...
-
Al Quran adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad s.a.w., sebagai salah satu rahmat yang tidak ada taranya...
-
Kisah Nabi Idris AS Melihat Surga dan Neraka (3) Setiap hari Malaikat Izrael dan Nabi Idris beribadah bersama. Suatu kali, se...
-
QS. Al Baqarah (2) : 238. “Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan...
-
Sub Page ini Saya buat untuk rekan2 yang ingin memperdalam Sholat Fardhu dengan meyakini dimana Sholat merupakan sebuah Media (ritual) be...
-
Allah Ta’ala berfirman: وأنزلنا إليك الكتاب بالحق مصدقا لما بين يديه من الكتاب ومهيمنا عليه “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran den...
-
Pertama kali, berdirilah dengan posisi tegak sambil mengadap Kiblat. Berniatlah untuk melaksanakan shalat dan tentukan jenis shalat yang i...
-
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, أَيُّ الدُّعَاءِ أَسْمَ...
-
1. Pengertian Najis. Najis adalah setiap benda yang dianggap kotor oleh syariat islam dan wajib dibersihkan karena menjadi penghalang sese...
Polling Blog
Menu
Profil Saya
Copyright © 2012 Irwandi Nak Koja Kinali Pasaman Barat All Rights Reserved. Diberdayakan oleh Blogger.
belajar Ngeblog....